Saham Biasa: Definisi dan Cara Kerja

0 359

Bagi Anda yang ingin memulai berdagang / berinvestasi saham, perlu mengetahui dengan baik jenis saham. Secara garis besar terdapat 2 jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).

Definisi Saham Biasa (Common Stock)

Yang dimaksud dengan saham biasa merupakan surat berharga, biasanya berbentuk sertifikat atau piagam, yang mencantumkan kepemilikan pemegangnya atas bukti hak dan kewajiban terkait andilnya di suatu perusahaan.

Dengan memiliki saham ini, memungkinkan bagi pemegangnya untuk mempunyai sebagian dari perusahaan tanpa mengambil kepemilikannya. Ini adalah jenis saham yang sebagian orang pikirkan tentang istilah “saham” itu sendiri. Sedangkan, jenis lainnya adalah saham preferen.

Tak jauh berbeda dengan sekuritas lainnya, saham biasa diperdagangkan di pasar sekunder yang disebut bursa / pasar saham. Hal ini menjadikan karakternya yang likuid serta kemudahan dalam aspek harganya. Oleh karena itu, dapat dikatakan saham merupakan indikator yang baik dari nilai aset. Jenis sekuritas umum lainnya yaitu obligasi. (Baca: Perbedaan Saham dan Obligasi)

Saham biasa (common stock) memungkinkan bagi pemiliknya untuk memberikan suara (hak suara) pada rapat umum pemegang saham. Dalam banyak kasus, hak suara pemegang saham adalah satu suara per saham. Pemegang saham juga akan menerima salinan laporan tahunan dari perusahaan tersebut.

Banyak juga perusahaan yang memberikan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Terkhusus bagi pemegang saham biasa, pembayaran dividen ini akan berubah besarannya tergantung seberapa menguntungkan perusahaan tersebut.

Dasar-Dasar Pasar Saham

Secara mendasar, saham diperdagangkan (jual beli) sepanjang hari di pasar / bursa saham. Setiap negara memiliki bursa sahamnya sendiri. Di Indonesia, pasar sahamnya disebut sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada beberapa bursa besar di dunia, seperti New York Stock Exchange & NASDAQ di Amerika Serikat.

Aktivitas perdagangan saham itulah yang membuat harga saham naik atau turun tergantung dari permintaan. Harga saham individu dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan dan pengumuman kepada publik. Secara umum, saham dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik dan global secara menyeluruh.

Investor bisa menghasilkan uang dari saham dengan dua cara yaitu pembayaran dividen (pendapatan pasif) dan menjualnya saat harga saham naik (capital gain). Investor saham pun bisa kehilangan seluruh investasi saat harganya anjlok.

Apa sih sebenarnya yang mendorong permintaan suatu saham? Pertama adalah penghasilan yang diharapkan. Apabila investor berpikir pendapatan perusahaan akan naik, mereka akan menawar harga saham. Kedua, apakah harga saat ini lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. Ratio P/E mengukur hal tersebut.

Faktor ketiga yaitu pertumbuhan pendapatan yang diharapkan, walaupun penghasilannya belum ada. Hal ini bisa terjadi pada perusahaan baru yang memberikan janji-janji.

Investor mungkin memiliki banyak kegembiraan yang tidak logis dan menawar harga saham perusahaan tersebut. Ini yang berefek pada gelembung sehingga ekspektasi terpenuhi dengan sendirinya.

Mengapa Perusahaan Menerbitkan Saham?

Penerbitan saham kali pertama saat IPO (Initial Public Offering) atau penawaran umum perdana perusahaan. Sebelum IPO (atau pra-IPO), perusahaan biasanya menerbitkan secara privat. Hal ini membiayai dirinya sendiri melalui keuntungan internal perusahaan, obligasi dan investor ekuitas swasta.

Perusahaan memutuskan untuk go public, biasanya karena beberapa alasan. Pertama, perusahaan ingin melakukan ekspansi dan kebutuhan sejumlah besar modal, yang akan diterima melalui IPO.

Alasan kedua, banyak perusahaan menawarkan opsi saham kepada karyawan pada awal pendirian, sebagai insentif untuk ikut bergabung. Hal ini karena banyak perusahaan startup yang tidak memiliki arus kas untuk membayar eksekutif profesional. Janji bahwa mereka akan mendapatkan berkali-kali lipat begitu perusahaan go public sudah cukup menggiurkan.

Ketiga, pendiri perusahaan mungkin saja ingin menjadikan uang atas kerja keras mereka bertahun-tahun. Pendiri perusahaan biasanya memiliki sejumlah besar saham dalam IPO. Mereka tak boleh langsung menjualnya.

Biasanya, pemegang saham awal ini jarang sekali menjual semua sahamnya karena bisa ditafsirkan hilangnya kepercayaan terhadap perusahaan. Mereka akan menjual saham secara bertahap seiring waktu.

Keempat, perusahaan ingin go public dalam rangka diversifikasi portofolio keuangan bagi pemiliknya. Sangat berisiko bagi pemilik mempunyai keuangan pribadi yang diinvestasikan ke perusahaan.

Apakah Saham Biasa adalah Aset?

Saham biasa adalah aset bagi pemegang saham. Seperti halnya aset lain, seperti rumah, emas, tanah, pemilik saham akan menerima pembayaran saat dijual.

Saham biasa terdaftar sebagai aset pada neraca perusahaan. Jumlah yang tercermin pada neraca adalah nilai nominalnya. Ini adalah angka arbitrer, seringkali satu sen per saham. Perbedaan antara nilai par dan jumlah yang diterima di bawah IPO disebut surplus modal.

Angka tersebut adalah nilai pasar saham, juga dikenal sebagai kapitalisasi pasar. Angka itu berubah seiring dengan harga saham. Yaitu, harga saham dikalikan jumlah saham beredar.

Saham Biasa vs. Saham Preferen

Jenis saham lainnya adalah saham preferen. Perbedaan utama adalah bahwa saham preferen tidak memungkinkan bagi pemegannya memiliki hak suara. Pemilik saham preferen juga mendapatkan dividen yang tidak berubah.

Perusahaan akan membayar dividen tetap kepada pemegang saham preferen terlebih dahulu. Kemudian mereka akan memutuskan berapa banyak yang dibelanjakan untuk dividen saham biasa.

Jika perusahaan mengalami masalah dan berakhir bangkrut, aset didistribusikan kepada pemegang obligasi terlebih dahulu. Pemegang saham preferen yang berikutnya, dan pemegang saham biasa urutan yang terakhir. Dalam kebanyakan kasus, pemegang saham biasa tidak akan menerima apa pun. (Baca Lebih Lanjut: Saham Preferen vs. Saham Biasa)

Loading...
Sumber www.thebalance.com
Tinggalkan komentar