Sukses Bisnis dengan Akhlak Ala AA Gym

0 894

“Kalau kita mau sukses, kunci pertama adalah jujur, dengan bermodalkan kejujuran, orang akan percaya kepada kita. Kedua, profesionalitas. Kita harus cakap sehingga siapa pun juga yang memerlukan kita merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketiga, inovatif, artinya kita harus mampu menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya menjiplak atau meniru yang sudah ada.”

Kemunculan AA Gym, begitu lelaki ini akrab disapa, menjadi fenomena dakwah di tengah krisis multidimensional yang sedang melanda negeri ini. Bahkan, ajakan kesederhanaan hidup, kesahajaan, pembenahan hati dari dalam diri sendiri yang dia sampaikan, menjadi kebutuhan santapan rohani, sekaligus obat untuk kondisi masyarakat saat ini.

Sosok kiai muda dengan nama lengkap K.H. Abdullah Gymnastiar ini memang punya ciri khas dan fenomena tersendiri. Ceramah AA Gym mampu membuat ribuan jamaahnya mengucurkan air mata. Sukses ulama kondang ini tak lepas dari konsep barunya tentang syiar Islam. Dia mendakwahkan Islam dengan format yang sangat sederhana, lugas, dan renyah. Dai muda yang memulai karirnya pada sekitar 1990 itu, kini menjadi pendakwah yang dikagumi dan digemari hampir semua lapisan masyarakat. Mulai remaja, ibu rumah tangga, hingga para eksekutif perusahaan.

Suksesnya di bidang dakwah, diikuti pula sukses di bidang pendidikan dan bisnis. Dia berhasil mengelola yayasan Pesantren Daarut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang No. 38, Bandung. Pesantren yang dibangun di atas lahan seluas tiga hektar itu tergolong modern dan multifungsi, ada bangunan masjid 1.000 meter persegi, cottage 24 kamar berkapasitas 80 orang. Ada pula gedung serbaguna, kafetaria serta swalayan mini yang megah dan elit. Ribuan santri belajar di pesantren ini.

Bidang usahanya beraneka ragam antara lain swalayan, wartel, penerbitan buku, tabloid, stasiun radio, pembuatan kaset dan DVD. Omzetnya pun miliaran rupiah. “Bisnis ini dikelola dan juga jadi wahana para santri untuk mengaktualisasikan jiwa serta pendidikan wirausahanya. Bukankah Rasulullah menyuruh kita agar berada dalam posisi tangan di atas? Tidak harus minta-minta. Ini akan berhasil jika kita mampu membangun jiwa entrepreneurship dalam diri kita sendiri,” kata AA Gym.

Lalu, siapakah AA Gym dan bagaimana dia mengelola Ponpes Daarut Tauhid sehingga menjadi rujukan beberapa lembaga dari sejumlah negara asing? Lelaki penggemar warna putih ini memulai pendidikan formal di SD Damar, lalu pindah ke KPAD Gegerkalong. Pindah lagi ke SD Sukarasa 3. Prestasinya di sekolah baik. Terbukti ketika tamat, dia menempati rangking terbaik 2 dengan selisih nilai 1 dibanding rangking pertama. Di bidang seni, bakat menggambar dan menyanyinya sudah terlihat sejak kecil. Sementara itu, naluri bisnisnya sudah berkibar sejak TK, lalu terbawa hingga SD. Berbisnis ala AA Gym bukan sekedar urusan duniawi. “Jika bisnis dijalankan dengan cara yang salah, akan melahirkan kerakusan dan ketamakan manusia. Sebaliknya, bisnis yang dijalankan dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali pahalanya karena dapat mengokohkan harga diri bangsa,” katanya.

Lelaki yang kurang suka pada pakaian batik ini memang pernah berdagang berbagai produk. Dia sempat menjual petasan pada waktu belum dilarang seperti sekarang. Setamat SMA, AA Gym yang gagal tes Sipenmaru, akhirnya lulus kuliah di D3 FE PAAP, Unpad. Namun, kuliahnya tak bertahan lama karena dia sibuk berbisnis. Teman kuliahnya, bahkan, lebih mengenalnya sebagai “tukang dagang”.

Aa Gym pantang menyerah. Selepas PAAP, dia masuk ke Akademi Teknik Jenderal Ahmad Yani (Unjani). Selama kuliah, dia mengkontrak sebuah kamar di pinggir sawah untuk melatih diri hidup mandiri. Selain kegiatan kemahasiswaan, seperti menjadi ketua senat, aktivitas bisnisnya pun semakin meningkat. Dia pernah membuat keset dan kain perca, lalu menjual baterai dan film kamera saat acara wisuda. Bahkan, dia sempat menjadi supir angkot jurusan Cibeber-Cimahi, sekedar menambah uang saku. Namun, perjuangannya tidak sia-sia. Aa Gym berhasil menyelesaikan program sarjana muda di ATA, meski belum mengikuti ujian negara. Sesudah itu, ada upaya untuk melanjutkan kuliah hingga S1. Namun, setelah mendengar kata hati, ternyata hal itu tidak cukup kuat untuk memotivasinya meneruskan kuliah. Mungkin hikmahnya adalah memotivasi orang yang belum dan tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses.

Tekadnya untuk member nafkah keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya, begitu kuat. Untuk itu, penggemar kegiatan membaca ini mulai merintis usaha kecil-kecilan, seperti berjualan buku di Masjid Al Furqon, IMP Bandung. Sambil belajar tafsir dan ilmu hadits disana, dia memikul kardus berisi buku-buku agama untuk dijual. Usaha kecil inilah yang menjadi cikal bakal toko buku dan kini berkembang menjadi supermarket yang dikelola dan diserahkan kepada Koperasi Ponpes Daarut Tauhid.

Sambil mengajar di madrasah KPAD, sore harinya dia membuat barang kerajinan bersama anak-anak. Usaha ini terus berkembang hingga bisa membeli mesin gergaji. Dari usaha sederhana ini kemudian berkembang menjadi usaha percetakan dan penerbitan buku.

Upayanya untuk meningkatkan penghasilan keluarga tidak berhenti sampai disitu. Aa Gym ingat, istri (sekarang mantan) punya keterampilan menjahit. Lalu, ia pun menabung agar bisa membeli mesin jahit bekas. Order jahitan berkembang pesat dan dia mengajak beberapa muslimah untuk bergabung. Dari kegiatan dan perjuangan inilah cikal bakal berdirinya usaha konveksi.

Bagi Aa Gym pekerjaan yang paling mengesankan adalah saat menjual mie bakso. Warung bakso kecil-kecilan di Perumnas Sarijadi bekerjasama dengan pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul 4 subuh, dia selalu pergi mencari tulang ke pasar sederhana karena kuah yang enak harus dicampur dengan sumsum tulang. Setiap kali adzan, warung baksonya ditinggalkan karena tak mau ketinggalan sholat berjamaah di sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung. Sementara itu, pembelinya dipersilahkan memasukkan uang bayaran ke tempatnya. Tampaknya, dia ingin mengajak  pembelinya untuk menerapkan kejujuran, Tetapi, hasilnya, pembeli datang justru ingin berkonsultasi pada Aa Gym. Akibatnya, tak jarang dia baru pulang ke rumah sekitar jam 21.00. Akhirnya, warung bakso itu pun ditutup.

Menurut Aa Gym, seorang wirausahawan sejati sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja dan dimudahkan urusannya, atau selalu ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak yang tidak berdaya. Oleh karena itu, bagi yang masih muda jangan bercita-cita melamar pekerjaan, tetapi berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Bagi orang tua, tanamkan jiwa wirausaha kepada anak-anak sejak dini. Didik anak-anak agar mandiri sejak kecil dan latih mereka untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

Pengalamannya berdagang sejak kecil membuat Aa Gym hafal dengan cara bangkrut efektif, bagaimana tertipu optimal, atau bagaimana usaha bisa remuk. Kunci kesuksesan Aa Gym dalam menjalankan bisnis di pesantrennya hingga berkembang menjadi 24 bidang usaha dalam 12 tahun terletak pada pembangunan kredibilitas para pengelolanya, yang meliputi tiga aspek utama. Tiga aspek itu adalah kejujuran, kecakapan, dan inovatif. Nilai kejujuran yang diajarkan meliputi ketepatan dalam menepati janji, manajemen waktu, memiliki fakta yang jelas, kemampuan mengevaluasi, tanggung jawab, dan pantang putus asa.

Kebanyakan orang selalu meributkan modal berupa finansial. Padahal, modal itu adalah pertama, keyakinan kepada janji dan jaminan Allah. Kedua, kegigihan meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi orang yang terpercaya.

Dulu Aa Gym berpikir pas-pasan, yaitu pas butuh ada. Kini, dia berpikir sebaliknya. Dia ingin menjadi orang kaya yang melimpah rezekinya, serta halal dan berkah. Mudah-mudahan menjadi contoh bagi orang yang mau kaya dengan tetap taat kepada Allah. Juga agar orang tidak memandang sebelah mata karena menganggap kita butuh kekayaan mereka. Di samping itu, diharapkan pula sedikitnya bisa memberi contoh, bagaimana memanfaatkan kekayaan di jalan Allah.

CAA

Loading...
Tinggalkan komentar